Halo semua..
Mungkin kalo kalian temen FB saya, kalian dah pada tahu apa yang akan saya tulis di postingan kali ini. Secara, doa dan ucapan selamat berdatangan setelah ada tag2an dari FB ibu saya yang di like ratusan orang itu.. Hehe.. InsyaAllah saya yakin ibu saya bukan bermaksud riya, tapi itu hanya ekspresi kebahagiaan yang amat sangat dari seorang ibu ketika doa nya untuk sang anak yang tak putus-putus akhirnya terijabahi..
Iya, alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa master LN dari LPDP. Dulu, almarhum bapak juga mendapatkan beasiswa PhD di Aussie dan seharusnya perkuliahan di mulai pada Januari 2002. Tapi Allah berkehendak lain, Oktober 2001 bapak mengalami kecelakaan di dekat bandara Juanda saat akan kembali tugas ke Poso. peristiwa Itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya mimpi ini.
Saya masih berusia 13 tahun saat itu. Masih polos dan belum tau banyak tentang "luar negri". Ketika bapak mengabarkan bahwa bapak mau ke Australia untuk S3, tentu saja saya girang sekali. Yang ada di bayangan saya adalah SALJU! Iya.. hehe, kasihan ya, udik sekali.. Tapi ya begitulah.. Padahal waktu itu wacana nya sih saya, mas windhy, dan ibu gak ikutan pindah, kami akan tetap di Jogja, tapi seperti sudah ada harapan walau tipis kalau suatu hari nanti mungkin saya akan diajak berkunjung ke sana. Pasti enak sekali, bisa megang salju, temenan sama bule-bule Aussie yang (di pikiran saya waktu itu) semuanya guanteng dan cuantik, bisa naik pesawat, jalan-jalan, lihat kangguru.. Aah, indahnya imajinasi saya waktu itu..
Hingga ketika akhirnya bapak tidak ada, ternyata di alam bawah sadar saya, harapan itu tetap tersimpan rapi di sebuah ruang di hati saya.. Tak pernah benar-benar hilang walau banyak cita-cita dan impian lain datang dan pergi. Menjadi sebuah arsip akan mimpi seorang gadis kecil yang inosen, yang seolah-olah sudah kandas dan benar-benar menjadi mimpi saja.
Seiring berjalannya waktu, ternyata setiap langkah yang saya tapaki membawa saya semakin dekat ke mimpi ini. Kelas 1 SMP paska bapak pergi, ibu mendaftarkan saya di sebuah lembaga bahasa Inggris, di situ saya mulai tertarik dan mendalami bahasa Inggris hingga akhirnya saya menemukan bahwa ini lah passion saya.
Di tinggkat SMA saya menjadi semakin yakin bahwa passion saya pada Bahasa Inggris yang nantinya akan dan pokoknya harus bisa membawa saya ke tempat asalnya sana. Hingga saya akhirnya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UNY. Di sana saya semakin dan semakin mupeng ketika melihat di papan daftar dosen yang terpampang di ruang dosen bahwa ternyata lebih dari 80% dari mereka adalah alumni kampus-kampus luar. Aaaaah saya juga harus bisa!
Impian ini menjadi semakin nyata ketika saya menjalani kuliah S1. Berbagai upaya saya lakukan. Join di courchsurfing.org untuk bisa menjadi tuan rumah traveller dari seluruh dunia, beberapa saya tulis di sini. Saya juga bekerja sebagai tour guide berbahasa Inggris di viavia travel. Saya pribadi senang sekali dengan pekerjaan ini karena tur yang ditawarkan adalah alternative tourism, dan saya juga bisa membuat link dengan tamu-tamu saya yang sebagian besar dari Eropa. Sejak bekerja di sini lah impian saya yang tadinya berjudul "luar negri" mengerucut menjadi EROPA..
Saya bahkan membuat celengan segede gaban dari galon buat nabung, minimal biar bisa ke Eropa buat jalan-jalan kalaupun tidak bisa sekolah dan menetap beberapa waktu di sana. Saya juga sempat tulis di sini. Yang tak ketinggalan saya lalukan adalah daftar aupair. Ini semacam program youth exchange yang prinsipnya adalah kita mencari keluarga di suatu negara, nanti kita semacam "dianggap anak", di sekolahkan, dikasih uang saku, tapi timbal baliknya kita jagain anak mereka selama maksimal sekian jam per minggu nya. itu sempat menjadi trend di kalangan temen-temen pejuang eropa saya. Ketika satu per satu teman-teman saya mulai mendapatkan keluarga dan berangkan ke negri-negri empat musim, saya masih saja mendapatkan penolakan dari total sampai ratusan keluarga dengan 1 alasan: HIJAB. Okay, berarti tidak ada kompromi lagi, ini memang bukan jalan saya.
Setelah memutuskan untuk menikah muda selepas lulus S1, saya sempat mengesampingkan mimpi ini. Apalagi ketika sudah punya anak. Nabung untuk 1 orang saja sulit sekali apalagi untuk jalan-jalan bertiga. Ahhh.. jauh dari realistis sepertinya. Dan beberapa kali saya mengatakan pada suami bahwa saya masih punya mimpi ini tapi suami selalu berusaha memahamkan bahwa kita tidak boleh hidup di 2 tempat berbeda dalam waktu lama. Suami saya selalu menekankan pentingnya kebersamaan untuk bisa selalu menjadi keluarga yang penuh berkah. Jadilah opsi-opsi semacam aupair dan tawaran-tawaran beasiswa program-program pendidikan jangka pendek ataupun jangka panjang tidak pernah saya hiraukan.
Tapi kita tidak pernah tahu rencana Tuhan. Seiring anak saya tumbuh dan bisa disambi aktifitas lagi, saya pun beranikan diri ngobrol tentang mimpi lama ini dengan suami. Setelah bersliwerannya info tentang beasiswa LPDP yang hits tiada tara saat ini dan banyaknya teman saya yang lolos beasiswa ini, saya jadi tertarik mencari tahu lebih dalam tentang LPDP. Satu hal yang benar-benar saya garis bawahi, beasiswa ini memberi tunjangan untuk keluarga. Di situ saya langsung merasa bahwa permasalahan yang suami saya pikirkan insyaAllah ada solusinya. Berbekal alasan itulah saya beranikan diri lagi untuk lagi-lagi membahas tentang mimpi saya ini. Dengan pembicaraan panjang yang saya sampaikan secara perlahan dan hati-hati,di tambah bumbu mingin-mingini suami untuk bisa main ke old trafford, hehe.. Alhamdulillah ternyata akhirnya suami memberi lampu hijau. Makasih banyak abi... :)
Here we go, mimpi ini kembali membara dan perjuangan kembali di mulai. Cukup lama untuk mempersiapkan semua dokumen persyaratan LPDP karena saya harus membagi waktu dengan mengajar dan mengurus keluarga. Benar-benar jatuh bangun, menguras energi, air mata, dan yang jelas adalah menguras kantong.. :)
Tapi semuanya terbayar sudah. Terimakasih LPDP! Kau adalah tangan Tuhan yang turun ke bumi bagi saya.. hehe alay dikit gapapa, saking saya bersyukurnya ada program ini di Indonesia sekarang. Ini sungguh program pemerintah Indonesia yang keren banget, benar-benar cetar ulala! Bagaimana tidak? Program ini diselanggarakan sepanjang tahun, jadi kapanpun kita siap kita bisa apply. Kita bisa pilih mau di negara manapun kita akan belajar, asal kan universitas tujuan ada di daftar 200 universitas terbaik dunia versi LPDP. Ada tunjangan keluarga pula, itu penting banget untuk orang-orang seperti saya. Dan yang tidak kalah penting, di sini kita tidak berkompetisi dengan siapapun kecuali diri sendiri. Kita hanya perlu melewati passing grade yang ditentukan saat proses seleksi. Berapapun banyak nya yang nanti lolos passing grade itu insyaAllah akan diberangkatkan. Keren ya Indonesia!
Okay, sekian dulu karena ternyata udah kepanjanggan, hehe.. Tentang proses seleksi LPDP batch 3 tahun 2016 yang saya ikuti kemarin insyaAllah akan saya posting di kemudian hari sebagai balas budi, karena pas saya mau seleksi saya juga sangat terbantu oleh blog-blog para calon awardee LPDP yang sudah nulis di blog mereka..
Intinya, ternyata betapa impian itu adalah bukan hal nyang sepele dan main-main. Kalau kata bang Andrea Hitara, "Ketika seseorang berhenti bermimpi, itulah tragedi terbesar di hidup orang itu.."
Setelah penantian panjang, Alhamdulillah, ternyata Tuhan bukan saja menunda mimpi saya, tapi justru menggantinya dengan skenario yang jauh lebih baik, bahwa tidak berani saya bayangkan sebelumya. InsyaAllah saya akan pergi ke tanah impian, sebuah negara 4 musim bersama suami dan anak saya.. Thank God, I love You much much much!
So, keep dreaming, keep believing, Keep doing something, and keep praying!
Di tinggkat SMA saya menjadi semakin yakin bahwa passion saya pada Bahasa Inggris yang nantinya akan dan pokoknya harus bisa membawa saya ke tempat asalnya sana. Hingga saya akhirnya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UNY. Di sana saya semakin dan semakin mupeng ketika melihat di papan daftar dosen yang terpampang di ruang dosen bahwa ternyata lebih dari 80% dari mereka adalah alumni kampus-kampus luar. Aaaaah saya juga harus bisa!
Impian ini menjadi semakin nyata ketika saya menjalani kuliah S1. Berbagai upaya saya lakukan. Join di courchsurfing.org untuk bisa menjadi tuan rumah traveller dari seluruh dunia, beberapa saya tulis di sini. Saya juga bekerja sebagai tour guide berbahasa Inggris di viavia travel. Saya pribadi senang sekali dengan pekerjaan ini karena tur yang ditawarkan adalah alternative tourism, dan saya juga bisa membuat link dengan tamu-tamu saya yang sebagian besar dari Eropa. Sejak bekerja di sini lah impian saya yang tadinya berjudul "luar negri" mengerucut menjadi EROPA..
Saya bahkan membuat celengan segede gaban dari galon buat nabung, minimal biar bisa ke Eropa buat jalan-jalan kalaupun tidak bisa sekolah dan menetap beberapa waktu di sana. Saya juga sempat tulis di sini. Yang tak ketinggalan saya lalukan adalah daftar aupair. Ini semacam program youth exchange yang prinsipnya adalah kita mencari keluarga di suatu negara, nanti kita semacam "dianggap anak", di sekolahkan, dikasih uang saku, tapi timbal baliknya kita jagain anak mereka selama maksimal sekian jam per minggu nya. itu sempat menjadi trend di kalangan temen-temen pejuang eropa saya. Ketika satu per satu teman-teman saya mulai mendapatkan keluarga dan berangkan ke negri-negri empat musim, saya masih saja mendapatkan penolakan dari total sampai ratusan keluarga dengan 1 alasan: HIJAB. Okay, berarti tidak ada kompromi lagi, ini memang bukan jalan saya.
Setelah memutuskan untuk menikah muda selepas lulus S1, saya sempat mengesampingkan mimpi ini. Apalagi ketika sudah punya anak. Nabung untuk 1 orang saja sulit sekali apalagi untuk jalan-jalan bertiga. Ahhh.. jauh dari realistis sepertinya. Dan beberapa kali saya mengatakan pada suami bahwa saya masih punya mimpi ini tapi suami selalu berusaha memahamkan bahwa kita tidak boleh hidup di 2 tempat berbeda dalam waktu lama. Suami saya selalu menekankan pentingnya kebersamaan untuk bisa selalu menjadi keluarga yang penuh berkah. Jadilah opsi-opsi semacam aupair dan tawaran-tawaran beasiswa program-program pendidikan jangka pendek ataupun jangka panjang tidak pernah saya hiraukan.
Tapi kita tidak pernah tahu rencana Tuhan. Seiring anak saya tumbuh dan bisa disambi aktifitas lagi, saya pun beranikan diri ngobrol tentang mimpi lama ini dengan suami. Setelah bersliwerannya info tentang beasiswa LPDP yang hits tiada tara saat ini dan banyaknya teman saya yang lolos beasiswa ini, saya jadi tertarik mencari tahu lebih dalam tentang LPDP. Satu hal yang benar-benar saya garis bawahi, beasiswa ini memberi tunjangan untuk keluarga. Di situ saya langsung merasa bahwa permasalahan yang suami saya pikirkan insyaAllah ada solusinya. Berbekal alasan itulah saya beranikan diri lagi untuk lagi-lagi membahas tentang mimpi saya ini. Dengan pembicaraan panjang yang saya sampaikan secara perlahan dan hati-hati,
Here we go, mimpi ini kembali membara dan perjuangan kembali di mulai. Cukup lama untuk mempersiapkan semua dokumen persyaratan LPDP karena saya harus membagi waktu dengan mengajar dan mengurus keluarga. Benar-benar jatuh bangun, menguras energi, air mata, dan yang jelas adalah menguras kantong.. :)
Tapi semuanya terbayar sudah. Terimakasih LPDP! Kau adalah tangan Tuhan yang turun ke bumi bagi saya.. hehe alay dikit gapapa, saking saya bersyukurnya ada program ini di Indonesia sekarang. Ini sungguh program pemerintah Indonesia yang keren banget, benar-benar cetar ulala! Bagaimana tidak? Program ini diselanggarakan sepanjang tahun, jadi kapanpun kita siap kita bisa apply. Kita bisa pilih mau di negara manapun kita akan belajar, asal kan universitas tujuan ada di daftar 200 universitas terbaik dunia versi LPDP. Ada tunjangan keluarga pula, itu penting banget untuk orang-orang seperti saya. Dan yang tidak kalah penting, di sini kita tidak berkompetisi dengan siapapun kecuali diri sendiri. Kita hanya perlu melewati passing grade yang ditentukan saat proses seleksi. Berapapun banyak nya yang nanti lolos passing grade itu insyaAllah akan diberangkatkan. Keren ya Indonesia!
Okay, sekian dulu karena ternyata udah kepanjanggan, hehe.. Tentang proses seleksi LPDP batch 3 tahun 2016 yang saya ikuti kemarin insyaAllah akan saya posting di kemudian hari sebagai balas budi, karena pas saya mau seleksi saya juga sangat terbantu oleh blog-blog para calon awardee LPDP yang sudah nulis di blog mereka..
Intinya, ternyata betapa impian itu adalah bukan hal nyang sepele dan main-main. Kalau kata bang Andrea Hitara, "Ketika seseorang berhenti bermimpi, itulah tragedi terbesar di hidup orang itu.."
Setelah penantian panjang, Alhamdulillah, ternyata Tuhan bukan saja menunda mimpi saya, tapi justru menggantinya dengan skenario yang jauh lebih baik, bahwa tidak berani saya bayangkan sebelumya. InsyaAllah saya akan pergi ke tanah impian, sebuah negara 4 musim bersama suami dan anak saya.. Thank God, I love You much much much!
So, keep dreaming, keep believing, Keep doing something, and keep praying!
Reni selamat ya,.. selamat berjuang mewujudkan cita2nya,.. huhu... ikutan terharu...
BalasHapusMakasihh banyak Dila... good luck for your life too yaaaah... :)
Hapus